Sunday, June 6, 2010

Teori Pendidikan

Pengertian teknologi pendidikan tidak terlepas dari pengertian teknologi secara umum. Pengertian teknologi yang utama adalah proses yang meningkatkan nilai tambah. Proses tersebut menggunakan dan atau menghasilkan suatu produk tertentu. Produk yang digunakan dan atau dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian integral dari suatu sistem. Jadi dalam pengertian umum tentang teknologi, alat, atau sarana baru yang khusus diperlukan tidak menjadi syarat yang mutlak harus ada, karena alat atau sarana itu telah ada sebelumnya.

Dalam bidang pendidikan atau pembelajara, teknologi juga harus memenuhi ketiga syarat tersebut: proses, produk, dan sistem. Kecuali membuktikan dirinya sebagai suatu bidang kajian atau disiplin keilmuan yang berdiri sendiri. Perkembangan sebagai disiplin keilmuan tersebut dilandasi oleh serangkaian dalil atau dasar yang dijadikan patokan pembenaran. Secara falsafi, dasar keilmuan itu meliputi ontologi, atau rumusan tentang gejala pengamatan yang dibatasi pada suatu pokok telaah khusus yang tidak tergarap oleh bidang telaah lain; epistemologi, yaitu usaha yang ditentukan; dan aksiologi atau nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari pokok telaah yang ditentukan, yang mempersoalkan nilai moral (etika) dan nilai serta keindahan atau estetika.

Objek formal teknologi pendidikan adalah belajar pada manusia baik pribadi maupun yang tergabung dalam organisasi. Belajar itu tidak hanya berlangsung dalam lingkup persekolahan ataupun pelatihan. Belajar itu ada di mana saja dan oleh siapa saja, dengan cara dan sumber apa saja yang sesuai dengan kondisi dan keperluan. Objek tersebut dapat digambarkan sebagaimana tertera dalam gambar berikut:

Adapun gejala yang perlumendapat perhatian, atau yang merupakan landasan ontologi dari objek tersebut adalah:

  1. Adanya sejumlah besar orang yang belum terpenuhi kesempatan belajarnya, baik yang diperoleh melalui suatu lembaga khusus, maupun yang dapat diperoleh secara mandiri.
  2. Adanya berbagai sumber baik yang telah tersebia maupun yang dapat direkayasa, tetapi belum dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
  3. Perlu adanya suatu proses atau usaha khusus yang terarah dan terencana untuk menggarap sumber-sumber tersebut agar dapat terpenuhi hasrat beljaar setiap orang dan organisasi.
  4. Perlu adanya keahlian dan pengelolaan atas kegiatan khusus dalam mengembangkan dan memanfaatkan sumber untuk belajar tersebut secara efektif, efisien, dan selaras.

Usaha khusus yang terarah dan terencana bukan sekedar menambah apa yang kurang, menambal apa yang berlubang, dan menjahit apa yang sobek. Menurut Banathy, bukan hanya “doing more of the same“, ataupun “doing it better of the same“. melainkan “doing it difeerently” untuk menjamin hasil yang diharapkan. Pendekatan yang berbeda itu adalah pendekatan yang memenuhi empat persyaratan, yaitu:

  1. Pendekatan isometrik, yaitu yang menggabungkan hal-hal yang sesuai dari berbagai kajian/bidang keilmuan (psikologi, komunikasi, ekonomi, manajemen, rekayasa teknik, dan lain sebagainya) ke dalam suatu kebulatan tersendiri;
  2. Pendekatan sistematik, yaitu dengan cara yang berurutan dan terarah dalam usaha memecahkan persoalan;
  3. Pendekatan sinergestik, yaitu yang menjamin adanya nilai tambah dari keseluruhan kegiatan dibandingkan dengan bila kegiatan itu dijalankan sendiri-sendiri; dan
  4. Sistemik, yaitu pengkajian secara menyeluruh (komprehensif).

Usaha khusus dengan pendekatan inilah yang merupakan asas epistemologi teknologi pendidikan.

Semua bentuk teknologi adalah sistem yang diciptakan oleh manusia untuk sesuatu tujuan tertentu, yang pada intinya adalah mempermudah manusia dalam memperingan usahanya, meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga serta sumber daya yangada. Teknologi itu pada hakikatnya adalah bebas nilai, namun penggunaannyaakan sarat dengan aturan nilai dan estetika.
Dalam perkembangan terakhir, istilah teknologi pendidikan dipersempit menjadi teknologi pembelajaran, dengan pertimbangan bahwa istilah terakhir itu kecuali lebih dapat diterima oleh kalangan yang luas, juga dapat lebih berfokus pada objek formal yang menjadi garapannya. Secara konseptual teknologi pendidikan didefinisikan: teori dan praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian, dan penelitian proses, sumber, dan sistem untuk belajar. Definisi tersebut megandung pengertian adanya empat komponen dalam teknologi pembelajaran, yaitu:

  1. Teori dan praktik
  2. Desain, pengemabngan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian, dan penelitian
  3. Proses, sumber, dan sistem
  4. Untuk belajar

Untuk lebih jelas definsi tersebut digambarkan pada gambar berikut (klik gambar untuk memperjelas):

Disadur dari: Yusufhadi Miarso, 2005, Menyebar Benih Teknologi Pendidikan, (Prenada Media, Jakarta)

Ditulis oleh Fattah Firdaus, S.Pd. artikel diambil dan dimuat atas seizin www.teknologi-pendidikan.co.cc

Teknologi Pendidikan

Teknologi Pendidikan

Oleh: AsianBrain.com Content Team

Teknologi pendidikan merupakan kajian dan praktek untuk membantu proses belajar dan meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai.

Istilah tersebut sering dihubungkan dengan teori belajar dan pembelajaran. Bila teori belajar dan pembelajaran mencakup proses dan sistem dalam belajar dan pembelajaran, maka teknologi pendidikan mencakup sistem lain yang digunakan dalam proses mengembangkan kemampuan manusia.

Berikut beberapa definisi teknologi pendidikan :

1. Suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non-manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif. Dengan demikian, sejak tahun 1970an, sudah ada pandangan bahwa manusia (dalam hal ini guru) bukanlah satu-satunya sumber belajar.

2. Teknologi pendidikan adalah satu bidang dalam memfasilitasi belajar manusia melalui identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar dan melalui pengelolaan proses kesemuanya itu. Obyek formal menurut pengertian ini adalah bagaimana memfasilitasi belajar.

3. Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia. Obyek formal teknologi pendidilkan adalah memecahkan masalah belajar manusia. Dilakukan dengan cara menganalisis masalah terlebih dahulu, baru kemudian melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah tersebut.

4. Menurut Tom Cutchall (1999) teknologi pendidikan merupakan penelitian dan aplikasi ilmu perilaku dan teori belajar dengan menggunakan pendekatan sistem untuk melakukan analisis, desain, pengembangan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan penggunaan teknologi untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja. Tujuan utamanya adalah pemanfaatan teknologi untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja manusia.

5. Definisi terbaru, teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik) dan meningkatkan kinerja.

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa:

  • Teknologi pendidikan adalah suatu disiplin/bidang (field of study)
  • Istilah teknologi pembelajaran dipakai bergantian dengan istilah teknologi pendidikan
  • Tujuan utama teknologi pembelajaran adalah (1) untuk memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran; dan (2) untuk meningkatkan kinerja;
  • Dalam mewujudkan tersebut menggunakan pendekatan sistemi (pendekatan yag holistik/komprehensif, bukan pendekatan yang bersifat parsial);
  • Kawasan teknologi pendidikan dapat meliputi kegiatan yang berkaitan dengan analisis, desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, implementasi dan evaluasi baik proses-proses maupun sumber-sumber belajar.
  • Teknologi pembelajaran tidak hanya bergerak di persekolahan tapi juga dalam semua aktifitas manusia (seperti perusahaan, keluarga, organisasi masyarakat, dll) sejauh berkaitan dengan upaya memcahkan masalah belajar dan peningkatan kinerja.
  • Yang dimaksud dengan teknologi disini adalah teknologi dalam arti yang luas, bukan hanya teknologi fisik (hardtech), tapi juga teknologi lunak (softtech)

KOMPONEN : TEKNOLOGI PENDIDIKAN

KOMPONEN : TEKNOLOGI PENDIDIKAN

1.1 Media Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran
Apakah Media?
Penyampai atau pembawa maklumat antara punca dengan penerima seperti
filem,video,radio,gambar foto,risalah,poster dan sebagaimana. ( Heinich,Molenda,
Russell,1981)
Apakah Pengajaran?
Pengajaran adalah proses yang beorentasikan maklamat yang dirancang terlebih dahulu. (
Romiszowaski,1988).
Pengajaran merupakan penyusunan dan pengumpulan maklumat untuk menghasilkan
pembelajaran. ( Heinich,Molenda, Russell,1981)
1.1.1 Media Pengajaran
Membawa maksud sebagai peralatan atau perkaksan dan bahan ( perisian ) media yang telah
dikenalpasti ( dipilih ), dibina atau dipinda untuk menyokong atau mengendalikan sendiri proses
pengajaran dan pembelajaran ( Yusup,1992).
1.1.2 Pengkelasan Media
Terbahagi kepada DUA bahagian Media Cetak dan Media Bukan Cetak.
Media Pengajaran
Media Cetak Media Bukan Cetak
Modul Pengajaran
Buku Teks
Surat Khabar
Media Tayang
Transparensi
Slaid
Media Bukan Tayang
Lukisan
Carta
Graf
Buku Rujukan
Dokumen
Risalah
Majalah/Jurnal
Nota Edaran
Komik
Filem dan Audio
Pelbagai Imej
Bahan Legap
Filem Jalur
Video Interaktif
Gambar Foto
Kartun
Poster
Kad Imbasan
Model
Spesimen
Realia
Diorama
Mikro Filem
Mikrofis
Boneka
Papan Hitam
Papan Flanel
Papan Kenyataan
Papan Magnet
Papan Elektrik
Pita Audio
Cakera Padat
1.1.3 Latihan
1. Cuba fikirkan. Penggunaan media pengajaran amat
penting pada masa kini dalam proses pengajaran dan
pembelajaran dalam mencapai objektif pengajaran. Beri
pandangan anda daripada pengalaman selama anda
menjadi seorang guru di sekolah..
2. Di kelas anda mengajar, hampir semua murid tidak berminat
mengikuti pengajaran anda dan ia lebih suka membuat kerja
sendiri serta tidak memberi tindakbalas. Senaraikan media
pengajaran yang sesuai untuk kumpulan murid ini dan
berikan rasionalnya.
1.4 Prinsip Asas Grafik
Kejayaan sesuatu bahan bantu mengajar bukan unjuran lazimnya bergantung kepada kualiti
dan keberkesanan hasil seni atau bahan grafik yang digunakan. Ia diperolehi melalui
perancangan rapi yang merangkumi idea-idea yang teliti serta penggabungan pelbagai jenis
teknik penghasilan grafik tertentu. Visual yang banyak menggunakan grafik seperti carta, graf,
gambarajah, poster, kartun, lutsinar dan lain-lain bahan bantu mengajar.
1.4.1 Definisi grafik
Grafik adalah bahan yang dilukis sebagai karangan visual. Ia dapat memberi satu atau lebih
keterangan visual. Perkataan grafik sebenarnya berasal dari perkataan Greek “graphikos”
bererti lukisan. Graphier pula ialah perbuatan dan ertinya menulis dengan perkataan.
Grafik ialah kombinasi gambar-gambar, lambang-lambang, simbol-simbol, huruf, angka,
perkataan, lukisan, lakaran yang dijadikan satu media untuk memberi konsep dan idea dari
pengirim kepada sasarannya dalam proses menyampaikan maklumat.
1.4.2 Kepentingan Grafik Dalam Pendidikan
Grafik penting untuk menyediakan bahan-bahan pandangan (visual) yang sangat penting untuk
menyampaikan sesuatu mesej tertentu dengan jelas.
1.4.3 Prinsip Penghasilan Grafik
 Perancangan
 Penyediaan ilustrasi
 Warna
 Huruf
 Persembahan
1.4.4 Perancangan
Sebelum sesuatu bahan visual dihasilkan, satu perancangan yang teliti perlu
diadakan supaya visual yang dibuat itu menepati objektif yang hendak dicapai.
Mulakan dengan lakaran kasar mengenai idea visual tersebut berdasarkan
prinsip-prinsip rekabentuk.
Tentukan jenis visual yang akan dihasilkan berdasarkan :
1.4.4.1 Bahan yang sedia ada atau yang perlu disenaraikan seperti alat tulis
1.4.4.2 Tentukan objektif visual dan jumlah audien bagi menetukan
kesesuaian dan mengelakkan pembaziran
1.4.4.3 Perlu tahu bentuk visual sama ada untuk tayangan (lutsinar, slaid,
filem, video), bukan tayang (carta, buku, pena) atau pameran.(poster,
lukisan)
1.4.5 Prinsip rekabentuk
 Prinsip mudah
Hadkan perkataan-perkataan yang ditayangkan kepada 15 atau 20 patah
perkataan sahaja dalam satu visual tayangan. Konsep yang hendak
dipaparkan hendaklah mudah difahami oleh guru dan pelajar.
Lukisan hendaklah jelas dan terang. Garisan luar (outline) hendaklah
dibuat dengan garisan tebal. Garisan yang tidak perlu harus ditinggalkan
supaya tidak mengelirukan.
Pilih jenis penghurufan yang mudah dibaca.
 Prinsip penyatuan
Penyatuan hendaklah perhubungan yang lahir di antara elemen visual
apabila elemen-elemen tersebut berfungsi bersama sebagai satu
keseluruhan.
Elemen-elemen tersebut hendaklah saling lengkap melengkapi di antara
satu dengan yang lain untuk mengukuhkan idea dasar yang hendak
disampaikan.
Penyetuan dapat diperolehi dengan menggunakan anak panah, kotak,
garisan, bentuk-bentuk tertentu, warna dan sebagainya.
 Prinsip Penegasan
Tegaskan satu elemen atau idea sahaja yang boleh menjadi pusat minat
dan pusat perhatian.
Gunakan warna, huruf tertentu, saiz, ruang untuk menegaskan idea
tersebut.
 Prinsip seimbang
Kesemua elemen visual haruslah seimbang pada keseluruhannya dan
tidak berat sebelah. Perimbangan merupakan susunatur elemen-elemen
visual dalam bentuk gubahan yang baik dan elok dipandang.
Perimbanngan terdiri daripada perimbangan formal dan perimbangan
tidak formal.
Latihan
Dengan ringkas nyatakan prinsip rekabentuk grafik
yang perlu. Beri perhatian dalam membina carta dan
poster
1.4.6 Keperluan visual untuk memenuhi prinsip rekabentuk
 Garisan
Fungsi garisan dalam rekabentuk adalah untuk menghubungkan elemen
visual dan untuk menarahkan pemerhatian supaya melihat visual dengan
urutan/sikuen tertentu.
 Bentuk
Tiap pameran visual yang berkesan mengandungi bentuk kesluruhan
sama ada bentuk nyata atau tidak. Bentuk membuat visual kelihatan
menarik dan istimewa serta mengarahkan penonton dari satu elemen
kepada satu elemen yang lain; gabungan elemen-elemen pada bentuk U
atau S atau T atau Z atau O atau I
 Ruang
Tujuan ruang digunakan ialah untuk menimbulkan rasa lapang atau
selesa di antara elemem-elemen visual yang dipaparkan, serta membuat
grafik kelihatan kemas dan terancang. Ruang kosong yang ditinggal
disekeliling perkataan dan elemen visual lain untuk mengelakkan
perasaan sesak di kalangan pemerhati.
 Warna
Memberi penegasan kepaa visual-visual tertentu dan menolong
menambah kesan penyatuan di antara
 Warna
Penggunaan warna-warna yang tertentu dalam sesuatu bahan visual
akan dapat menimbulkan perasaan mood dan minat tertentu. Walaupun
begitu penggunaan warna adalah tertakluk kepada prinsip-prinsip dan
batasannya.
Tujuan penggunaan warna adalah untuk memudahkan atau
meningkatkan kejelasan visual. Lazimnya perbezaan warna antara latar
dengan warna pada visual akan menimbulkan kontras yang baik.
1.4.7 Panduan am mewarna
 Gunakan warna untuk mengasingkan dan menegaskan sesuatu elelmen tumpuan.
 Gunakan warna yang berharmoni seperti warna monokoromik, warna berhampiran
atau warna penggenap.
 Gunakan warna supaya visual kelihatan mudah dilihat dan difahami.
 Rancangkan penggunaan warna untuk melahirkan kesan tertentu.
 Permukaan hitam akan kelihatan lebih jelas jika warna putih digunakan sebagai
warna latar. Ini diikuti dengan warna merah, oren, hijau, biru, ungu dan kuning.
1.4.8 Skema warna
Warna diklasifikasikan ke dalam carta warna.
Kuning kuning-oren oren
Kuning-hijau merah-oren
Hijau merah
Biru-hijau merah-ungu
Biru biru-ungu ungu
i. Skim warna monokromik
Warna monokromik berharmaoni adalah sangat popular. Ia terdiri dari
satu warna yang muda membawa kepada warna tua. Contohnya: warna
ungu muda hingga warna ungu-tua.
ii. Skim warna berhampiran
Warna berhampiran berharmoni terdiri daripada warna-warna yang
berhampiran dalam carta warna. Contohnya warna hijau, hijau-biru dan
biru; warna kuning, kuning oren dan oren.
iii. Skim warna penggenap
Warna penggenap berharmoni terdiri dari warna-warna yang
bertentangan dalam carta warna. Contoh; warna kuning-oren digunakan
bersama warna biru-ungu.
1.4.9 Alat mewarna
 Pena bermata felt
 Pensel warna, kapur warna, pastel dan krayon
 Cat air
 Cat sembur
 Kertas berwarna dan plastik berwarna
1.4.10 Penghurufan
Persembahan grafik huruf yang baik dan bermutu dapat menyampaikan mesej
dengan lebih berkesan. Prinsip penghasilan huruf ialah saiiz huruf yang ditulis,
jarak antara huruf dengan huruf, perkataan dengan perkataan dan baris dengan
baris; kontras diantara huruf dengan warna latar; jenis atau bentuk huruf yang
digunakan.
1.4.11 Saiz huruf
Huruf yang digunakan mestilah cukup besar (mengikut tahap) supaya dapat
dibaca dengan baik.
Jarak dari visual Saiz minima huruf kecil
2,5 cm o.6 cm
5.0 cm 1.3 cm
10.0 cm 2.6 cm
20.0 cm 5.2 cm
1.4.12 Jarak huruf
Jarak antara huruf dengan huruf dan perkataan dengan perkataan
mestilah sepadan dan sesuai agar huruf dan perkataan itu dapat dikenali
serta boleh dibaca dengan mudah.
 Dekatkan huruf-huruf bulat (O,G,S,C)
 Jauhkan huruf-huruf lurus (E,H,L,M,N)
 Gabungkan jarak-jarak untuk huruf-huruf
 bercampur
 Tinggalkan jarak berzaiz M (besar) di antara
 perkataandengan perkataan
 Jarak di natara baris dengan baris mestilah
 kurang satu huruf O kecil.
1.4.13 Jenis huruf
Jenis huruf akan menetukan sama ada visual tersebut dapat dibaca
denngan mudah atau tidak. Secara amnya, gunakan jenis huruf yang
ringkas dan mudah seperti huruf san serif
( huruf blok), serif ( time roman), dokoratif ( huruf berbunga seperti dalam
kad raya)
1.4.14 Cara menulis huruf / angka
i. Tulisan bebas
Huruf dan angka boleh dibuat dengan tulisan bebas dengan cepatnya, dengan
menggunakan berus dan dakwat atau cat warna. Carta ini sentiasa digunakan
untuk grfaik yang besar seperti carta dan poster.
ii. Huruf yang dipotong
Huruf dan perkataan serta gambar boleh dibuat dengan cara potongan dari
bahan-bahan akhbar, kertas berwarna atau kain dan kemudian dilekatkan pada
bahan grafik.
iii. Huruf pindah kering (Dry transfer lettering)
Bahan pemindahan kering ini boleh dibeli dalam bentuk huruf, simbol, angka
dalam berjenis-jenis saiz, bentuk dan warna. Saiz hurufnya ditetapkan dalam
tiap-tiap kepingan mengikut pointnya. Saiz yang biasa dalam kepingan huruf
pindah kering ialah 6 pt. hingga 192 pt.
iv. Huruf stensil
Untuk tulisan huruf yang kurang dari satu inci, stensil tulisan ( huruf blok) boleh
digunakan. Stensil ini ada dua bahagian- satu berbentuk huruf ( stensil guide)
dan pen khasnya.
1.4.15 Cara membuat gambar
i. Menekap (tracing) (guna karbon pensil, kapur atau pastel, kedah tebuk.
ii. Petak grid
iii. Pantograf
iv. Episkop
v. Penyalinan gambar (fotostat)
vi. Kaedah pengunjuran ( OHP, Slaid)
PERSEMBAHAN
Grafik yang telah siap dihasilkan perlulah disediakan untuk digunakan dalam bilik darjah.
Kadang-kadang bahan visual yang dihasilkan itu adalah besar atau nipis. Ini akan merumitkan
kerja guru semasa mempamerkan bahan-bahan itu kepada murid. Bahan-bahan visual itu juga
disimpan untuk kegunaan pada masa-masa yang lain ataupun oleh guru-guru yang lain.
Kebanyakkan bahan-bahan bantuan jenis ini memang cepat menjadi kotor,mudah terkoyak atau
rosak dan visual-visual yang ditampal mudah tanggal. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
ini tiga langkah boleh digunakan untuk menentukan bahan visual yang rtelah dihasilkan itu
dapat digunakan atau disimpan dengan lebih mudah dan sempurna. Langkah-langkah itu ialah:
a. Melapik
b. Alas tepi
c. Laminasi
Anda perlu membuat bacaan tambahan untuk mendapat
Maklumat yang terperinci untuk tajuk cara membuat gambar
Hasilkan bahan berbentuk carta dengan menggunakan prinsip
rekabentuk grafik dan pilih warna yang sesuai untuk menegaskan
sesuatu imej
1. Cuba anda analisiskan prinsip Grafik untuk menghasilkan
bahan P&P daripada mana topik yang anda ajar.
Dengan membuat rujukan di perpustakaan anda dikehendaki
mencari cara-cara melapik,membuat alas tepi dan laminasi bagi
bahan bantuan mengajar.
KOMPONEN : TEKNOLOGI PENDIDIKAN
1.6 Jenis Dan Penggunaan Media Unjuran
Definisi bahan tayangan
Media tayang atau media unjuran adalah peralatan elektrik yang dapat menayangkan
atau mengunjurkan satu imej di atas sekeping skrin tayangan besar atau yang
bersesuaian dengan peralatan tayang tersebut. Peralatan-peralatan elektrik yang lazim
terdapat untu tujuan pendidikan termasuklah :
 Projektor Lutsinar
 Projektor Slaid
 Projektor legap
 Projektor LCD
1.6.1 Jenis-jenis projektor
i. Projektor lutsinar
Projektor lutsinar adalah merupakan sebuah alat pandang dengar yang boleh digunakan dalam keadaan bilik
darjah biasa. Projektor ini merupakan satu alat bantuan mengajar dalam mencapai pengajaran yang lebih
berkesan, di mana pelajar-pelajar akan menerima pembelajaran dengan cara meliat dan mendengar.
ii. Projektor LCD
Panduan menggunakan ATL (alat tayang lutsianar)
 Pastiakan anda betul-betul memahami buatan/jenama dan fungsi bahagianbahagian
projektor yang anda gunakan. Ini mungkin berbeza antara satu alat
dengan alat yang lain.
 Anda hendaklah belajar mengesan kerosakan pada mentol supaya boleh
membaikinya sendiri. Berhati-hati apabila menggantikan mentol. Jangan
sentuh dengan tangan yang tidak berlapi kerana mentol mudah rosak sebab
kelembapan pada tangan.
 Bersihkan ATL sekali-sekala di bahagian dalam piring cermin dan les
Fresnel.
 Pancarkan imej ke dinding atau kain putih jika tidak ada skrin.
 Suatu unit ATL yang bergerak hendaklah menggunakan troli supaya senang
dipindah dari satu tempat ke tempat lain. Matikan suiz sebelum mengubah
ATL.
 Untuk tayangan yang baik, perkara berikut hendaklah diperhatikan:
o Skrin 1.5 m lebar bagi bilik untuk 40 orang
o Skrin tidak berkilat
o Mendapat sedikit cahaya
o Letakkan pada paras ketinggian 70 cm dari lantai
o Condongkan 45 darjah untuk elakkan kesan herotan (keystone)
o Tegangkan skrin
o Jangan terlindung oleh pengguna supaya boleh dilihat oleh semua
pelajar.
o Semua tulisan dan lukisan mestilah mengikut saiz yang sesuai.
o Gunakan penunjuk yang runcing dan lurus dan tunjukkan pada
sesuatu di atas transperansi dan bukannya pada imej di skrin.
1.6.2 Projektor slaid
Slaid adalah satu jenis media unjuran tanpa gerak yang merupakan sejenis transperansi positif berukuran kecil.
Ia boleh ditayangkan menggunakan projektor slaid untuk dipancarkan kepada skrin tayangan. Pita slaid
menngandungi sliad ( pandang/visual) dan pita rakaman (dengar/audio). Slaid boleh disediakan dengan
menggunakan kamera, disalin atau dilukis dan sebagainya. Kebiasaannya pemidang slaid berukuran 2 inci x 2
inci atau berukuran 5 cm x 5 cm yang dimuatkan filem positif
1.6.3 Projektor legap
Projekter legap juga dikenali sebagai Episkop. Digunakan untuk mengunjurkan imej
bahan-bahan 2D berbentuk legap. Melalui kaedah carta, gambar , gambarfoto atau
bahan bercetak pada kertas atau kad boleh diunjurkan ke atas skrin. Bahan legap
adalah bahan yang tidak ditembusi cahaya.
1.6.4 Projektor LCD
Singkatan bagi Liquid Crystal Display untuk memancar imej lebih besar daripada monitor
untuk kegunaan audian secara berkumpulan.
Panel LCD disambung terus daripada komputer dan apa sahaja yang muncul pada skrin
monitor akan dipancarkan ke skrin besar.
Ia juga boleh disambung terus dengan menggunakan peralatan lain seperti perakam
video, perakam kamera dan pemainan VCD atau DVD.
Ciri ciri Projektor LCD
Nama
Fungsi
Connector Ports Tempat sambungan punca punca AV yang ingin dipaparkan
Projector Control
Panel
Panel kawalan fungsi/menu operasi projektor
Remote Control
Receiver
Penerima isyarat daripada alat kawalan jauh projektor
Lens Focus Ring Cincin pemutar penyelaras lensa fokus
Lens Zoom Ring Cincin pemutar penyelaras lensa zoom
Elevator Foot
Button
Butang penyelars ketinggian kaki projektor
Lamp Monitor Penunjuk samada lampu dalam projector samada sedang
warming up , menyala atau cooling down
Operating Monitor Penunjuk samada dalam keadaan terpasang standby atau
sedang menerima isyarat daripada alat kawalan jauh.
Power Cord
Connector
Tempat menyambung wayar kuasa ke sumber elektrik
Power Switch Menghidup atau mematikan LCD
Pengoperasian Projektor LCD
 Tempatkan di atas permukaan yang rata dan kedudukan pada sudut yang tepat pada
skin paparan
 Sambungkan kabel VGA LCD yang dibekalkan daripada soket LCD ke komputer.
 On kan LCD dan komputer
 Jika perlu install driver pada komputer yang digunakan untuk mendapat ketepatan imej
yang dipancarkan.
 Laraskan ketinggian LCD dengan memusingkan butang kaki elevator yang terletak di
bahagian depan.
 Untuk mendapatkan imej yang lebih jelas , laraskan Lens Focus Ring.
Model LCD Dan
Bahagian Utama
Penyambungan Projektor LCD ke komputer
Penyambungan Projektor LCD ke VCD atau DVD , Kamera Video Dan Pembesar Suara
Luaran
Panduan Penjagaan
 Selepaskan menekan butang Standby untuk memadamkan lampu projector , biarkan
sekurang kurangnya 15 saat sebelum menekan butang Standby sekali lagi.
 Elakkan membuka dan menutup suis berulang kali semasa pengoperasian.
 Pastikan tiada objek mudar terbakar berdekatan dengan projector kerana setelah lama
dibuka, ia akan menjadi panas.
 Biarkan projector seketika untuk disejukkan sebelum mengangkatnya.
 Jangan didedahkan pada kelembapan dan habuk.
 Tangani dengan cermat dan jangan dijatuhkan kerana ia mengandungi komponen yang
mudah pecah.
Latihan
1. Cuba fikirkan , Anda mempunyai komputer dan LCD yang akan
digunakan dalam pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas.
Senaraikan kelebihan dengan menggunakan media ini
2. Anda dikehendaki menggunakan LCD dan Komputer dalam
pengajaran dan pembelajaran di mana kelas.
Senaraikan apakah masalah yang dihadapi dan bagaimana
anda mengatasi masalah ini.

KEBERKESANAN KURSUS TEKNOLOGI PENDIDIKAN YANG YANG DIJALANKAN KE ATAS PEGAWAI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PUSAT KEGIATAN GURU NEGERI JOHOR

1
1KEBERKESANAN KURSUS TEKNOLOGI PENDIDIKAN YANG
YANG DIJALANKAN KE ATAS PEGAWAI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PUSAT KEGIATAN GURU NEGERI JOHOR

Yusma @ Abd. Mubin bin Yusof
Noraffandy bin Yahaya
Fakulti Pendidikan,
Universiti Teknologi Malaysia,
81300 Skudai, Johor Bahru
Abstrak
Kajian ini dijalankan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi keberkesanan
kursus Teknologi Pendidikan yang dijalankan ke atas Pegawai Teknologi Pendidikan (PTP) Pusat
Kegiatan Guru (PKG) anjuran Unit Intervensi ICT Bahagian Teknologi Pendidikan Negeri Johor
(BTPNJ) yang dilihat dari sudut persepsi pegawai-pegawai yang pernah menghadiri kursus
tersebut. Beberapa faktor seperti usia peserta, kelulusan akademik atau tahap pendidikan,
kaedah latihan dan tempoh masa latihan diambil kira dalam menentukan keberkesanan kursus.
Bahagian Teknologi Pendidikan Negeri Johor merupakan sebuah institusi pendidikan yang
bertanggungjawab melatih Pegawai Teknologi Pendidikan PKG dan Guru Perpustakaan Media
ke arah perlaksanaan kurikulum berlandaskan teknologi pendidikan selari dengan Falsafah
Pendidikan Negara. Data-data dan maklumat dikumpul hasil daripada beberapa soal selidik dan
ujian rintis keberkesanan di samping kajian perpustakaan. Justeru itu, kajian ini dirasakan sangat
penting dalam membantu pihak Bahagian Teknologi Pendidikan Negeri membuat penilaian
semula bersandarkan kepada hasil penyelidikan terutamanya dalam usaha untuk menyusun
semula latihan-latihan yang berkaitan dengan kursus pada masa akan datang dengan mengambil
kira beberapa faktor dari segi faktor usia, tahap pendidikan, tempoh kursus dan kaedah latihan.
1.0 Pengenalan
Menurut definisi yang di gariskan dalam wikipedia di halaman
(http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_pendidikan, 2008), Teknologi pendidikan adalah
kajian dan praktik untuk membantu proses belajar dan meningkatkan kerja dengan
membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai.
Istilah teknologi pendidikan sering dihubungkan dengan teori belajar dan pembelajaran.
Bila teori pengajaran dan pembelajaran mencakup proses dan sistem dalam pengajaran
dan pembelajaran, teknologi pendidikan mencakup sistem lain yang digunakan dalam
proses mengembangkan kemampuan manusia.
Menurut Dewi S. Prawiradilaga, Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan, FIP, UNJ (2008). Selama ini kita menganggap bahwa teknologi memang
sudah lama menjadi sebahagian daripada kehidupan sehari-hari. Kita terbiasa dan
cenderung menganggap teknologi sebagai peralatan dan berkaitan dengan mesin,
komputer, dan serba elektronik. Padahal erti teknologi sangat luas dan bergantung
kepada peranan teknologi itu sendiri bagi manusia.
Teknologi Pendidikan secara umumnya ditakrifkan sebagai penciptaan,
penggunaan dan pengembangan sistem, kaedah dan bahan-bahan ke arah memajukan
proses pengajaran dan pembelajaran. Di Malaysia juga, teknologi pendidikan telah lama
wujud dalam pelbagai bentuk dan rupa. Namun sehingga sekarang teknologi pendidikan
2
telah berkembang dengan pesat sejajar dengan perkembangan teknologi global,
bermula dari ciptaan teknologi yang termurah hinggalah kepada teknologi yang paling
canggih kebelakangan ini.
Penggunaan teknologi pendidikan dalam aktiviti pengajaran dan pembelajaran
melibatkan semua peringkat pendidikan dari peringkat pra sekolah hinggalah ke
peringkat universiti. Tidak terkecuali juga mereka terlibat secara langsung dalam bidang
latihan teknologi pendidikan bagi guru-guru media dan pentadbiran pendidikan.
Penggunaan yang begini meluas dan pelbagai tujuan serta latar belakang yang
berbeza-beza sudah tentu menimbulkan pelbagai masalah dan kesukaran selain
daripada wujudnya beraneka jenis inovasi dalam kaedah penggunaan teknologi
pendidikan dalam pengajaran dan pembelajaran.
Pengguna teknologi pendidikan mempunyai kuasa memilih peralatan, media dan
bahan yang akan digunakan. Oleh yang demikian, latihan yang sewajarnya perlu
diberikan khasnya kepada Pegawai Teknologi Pendidikan (PTP) Pusat Kegiatan Guru
(PKG). Manakala Pegawai Teknologi Pendidikan PKG pula bertindak sebagai fasilitator
untuk melatih guru-guru khasnya Guru Perpustakaan dan Media (GPM) dalam bidang
ICT dan perpustakaan. Guru-guru perlu diberikan pengetahuan dan kemahiran yang
cukup dalam bidang teknologi pendidikan supaya mereka dapat menggunakan teknologi
pendidikan ke tahap yang betul-betul memberi kesan optimum dalam usaha mendidik
murid-murid di sekolah.
Bahagian Teknologi Pendidikan Negeri (BTPN) merupakan salah satu institusi
yang melaksanakan program latihan untuk Pegawai Teknologi Pendidikan PKG dan
guru perpustakaan dan media (GPM) supaya bergerak selari dengan perkembangan
pesat teknologi pendidikan masa kini. Salah satu fungsi Bahagian Teknologi Pendidikan
Negeri adalah untuk memberikan latihan yang sewajarnya terutamanya yang berkaitan
dengan teknologi pendidikan dan dan Pusat Sumber Sekolah. Dengan kursus yang
bersesuaian dan program yang bersistematik, ianya akan dapat mempertingkatkan
kemahiran guru-guru tersebut.
Kajian dijalankan bertujuan untuk menilai sejauh mana keberkesanan kursus
Teknologi Pendidikan anjuran unit Intervensi ICT BTPN Johor. Kajian yang dilakukan
selepas Pegawai Teknologi Pendidikan PKG menghadiri kursus dan adalah diharapkan
dengan penyelidikan ini akan menjadikan titik mula untuk memperbaiki sebarang
kelemahan dalam kursus-kursus yang dijalankan agar ia lebih bermanfaat kepada guruguru
dan murid-murid khasnya.
2.0 Latar Belakang Masalah
BTP (2001), Pusat Kegiatan Guru (PKG) adalah merupakan rangkaian kepada BTP dan
BTPN di peringkat daerah. Ianya perlu digerakkan secara dinamis dengan tujuan utama
adalah untuk melatih guru-guru dan sebagai tempat pembinaan bahan bantu mengajar.
Setelah mengambil kira pengalaman daripada negara-negara asing yang boleh
dijadikan penanda aras tentang pengoperasian Pusat Kegiatan Guru yang berkesan,
maka kedudukan dan taraf PKG dilihat perlukan kepada sokongan dan penglibatan
semua pihak terutama guru-guru setempat.
3
Misi KPM menjadikan semua sekolah adalah sekolah bestari akan menjadi mudah
sekiranya guru-guru menjalankan peranan mereka mengikut acuan yang telah dibuat
oleh KPM. (Prof. Dr. Baharuddin Aris, 2002) berpendapat bahawa guru-guru dan pelajar
juga perlu arif tentang kesesuaian penggunaan pembelajaran berbantukan komputer
(PBK) untuk mempelajari mata pelajaran atau menguasai kemahiran tertentu.
Pengetahuan tentang konsep PBK, multimedia serta jenis-jenis PBK yang boleh
digunakan dalam proses P & P adalah penting dalam menjamin kejayaan sekolah
bestari.
BTP (2001) telah menggariskan lima fungsi utama pada awal penubuhan BTPN
seluruh negara iaitu:
• Bidang penerbitan seperti modul latihan, bahan sokongan pengajaran dan
buletin.
• Bidang latihan termasuk Latihan Dalam Perkhidmatan, ianya mencakupi latihanlatihan
bagi aplikasi teknologi pendidikan, pengendalian maklumat, kemahiran
pusat sumber sekolah serta penggunaan peralatan pengajaran dan
pembelajaran.
• Bidang perkhidmatan seperti rakam salin audio dan video. Khidmat bantu dan
khidmat nasihat tentang perkara-perkara yang berkaitan dengan teknologi
pendidikan.
• Bidang promosi dan penggunaan bahan terbitan seperti TV Pendidikan, Radio
Pendidikan dan Web TV.
• Bidang penyelidikan dan pembangunan seperti kajian rintis, kajian reka bentuk
pelbagai media, aplikasi CDRI dan sebagainya.
Ekoran daripada fungsi kedua Bahagian Teknologi Pendidikan Negeri (BTPN) iaitu
merancang, mengurus, menyelaras dan memantau hal berkaitan dengan tahap
kompetensi sejajar dengan laluan kerjaya pegawai dan staf Bahagian Teknologi
Pendidikan Negeri, Pusat Teknologi Pendidikan Bahagian (PTPB) dan Pusat Kegiatan
Guru (PKG). Begitu juga laluan kerjaya untuk Guru Perpustakaan dan Media (GPM),
Guru Penyelaras Bestari dan Juruteknik FT17 di sekolah.
Unit Intervenci ICT BTPN Johor ditugaskan untuk melaksana dan menyelaras
latihan serta kursus bagi pegawai dan staf PKG negeri Johor. Kursus Teknologi
Pendidikan dilaksanakan mengikut Sasaran Kerja Tahunan (SKT) yang telah
diselaraskan oleh BTP Kuala Lumpur dengan BTPN seluruh negara. Menurut beberapa
kajian lalu yang telah dibuat dan tinjauan bacaan, Abd. Latif Haji Gapor (2006)
berpendapat pelaksanaan kursus teknologi pendidikan adalah dijangkakan turut
mengalami halangan-halangan tertentu. Sejauh mana halangan ini wujud adalah
bergantung kepada taksiran pelaksana tersebut.
3.0 Pernyataan Masalah
Setakat ini, kajian yang khusus mengenai keberkesanan kursus anjuran unit Intervensi
ICT Bahagian Teknologi Pendidikan Negeri Johor belum pernah dilakukan dan ini
menyukarkan kumpulan penyelidik untuk membuat perbandingan. Walau
bagaimanapun, kajian-kajian dari luar negeri dan beberapa kajian lalu terhadap guruguru
bolehlah dijadikan sebagai perbandingan dan rujukan untuk lebih memudahkan
penyelidikan ini dijalankan.
4
Skop teknologi pendidikan adalah terlalu luas menyebabkan guru-guru keliru dan samarsamar
tentang penggunaan teknologi pendidikan dalam proses pengajaran dan
pembelajaran. Bagi pendapat mereka, teknologi pendidikan adalah komputer dan ini
sedikit menyukarkan kumpulan penyelidik untuk membuat satu keputusan yang betulbetul
boleh dipertanggungjawabkan.
4.0 Objektif Kajian
Objektif Kajian ini terbahagi kepada 2 bahagian.Kedua-dua bahagian itu adalah seperti
berikut :
4.1 Objektif umum
Objektif umum kajian adalah untuk melihat sejauh mana persepsi Pegawai Teknologi
Pendidikan (PTP) PKG terhadap keberkesanan kursus Teknologi Pendidikan yang
dijalankan ke atas mereka.
4.2 Objektif Khusus
Objektif Khusus kajian adalah mengkaji persepsi Pegawai Teknologi Pendidikan (PTP)
PKG terhadap keberkesanan kursus anjuran unit Intervensi ICT Bahagian Teknologi
Pendidikan Negeri Johor yang mana ianya dilihat daripada perkara-perkara yang berikut
:
a. Faktor usia di kalangan guru-guru yang menghadiri kursus juga mempunyai kesan
terhadap keberkesanan kursus yang diterima dalam usaha untuk memahami dan
mempraktikkan teknologi pendidikan di sekolah mereka.
b. Faktor tahap pendidikan atau pencapaian akademik di kalangan pegawai-pegawai
yang menghadiri kursus mempunyai kesan terhadap keberkesanan kursus dan
kajian ini ingin melihat sejauh mana kelulusan akademik seseorang memainkan
peranan dalam pemahaman sesuatu teori yang didedahkan.
c. Faktor tempoh latihan yang diberikan mempunyai kesan terhadap keberkesanan
kursus. Tempoh latihan perlu bersesuaian dengan keperluan kursus yang dijalankan.
Tempoh atau jangkamasa yang terlalu panjang akan membosankan atau tempoh
atau jangkamasa yang singkat pula menyukarkan pemahaman dan pembelajaran.
d. Kaedah atau teknik penyampaian fasilitator mempunyai kesan terhadap
keberkesanan kursus. Kaedah latihan yang tepat dan sesuai adalah perlu diambil
kira dalam merancang sesuatu program kerana ini akan memudahkan pemindahan
pengetahuan dari fasilitator kepada peserta kursus.
5.0 Rasional Kajian
Berdasarkan pengetahuan sedia ada salah seorang penyelidik yang juga bertugas di
Unit Intervensi ICT Bahagian Teknologi Pendidikan Negeri Johor dan temubual dengan
beberapa Pegawai Teknologi Pendidikan PKG daerah Johor Bahru iaitu Gelang Patah,
Bandar Baru Uda, Tasek Utara dan Majidee, belum ada kajian yang khusus mengenai
keberkesanan sebarang kursus anjuran Unit Intervensi ICT BTPNJ yang telah
5
dilakukan, baik oleh Bahagian Teknologi Pendidikan atau mana-mana jabatan kerajaan
lain mahupun swasta.
Menurut Baharudin Aris (2001) di dapati tidak banyak penyelidikan yang berkait dengan
pembelajaran pelajar mengenai teknologi maklumat dan komunikasi dan penggunaan
teknologi. Justeru itu, kajian ini dirasakan sangat penting dalam membantu pihak BTPN
Johor membuat sebarang penilaian semula bersandarkan kepada hasil penyelidikan ini
terutamanya dalam usaha untuk menyusun semula latihan-latihan yang berkaitan
dengan kursus pada masa akan datang terutamanya dari segi faktor usia, pendidikan,
tempoh kursus dan kaedah latihan.
6.0 Batasan Kajian Dan Andaian
Kajian ini hanya dibuat selepas selesai sesuatu kursus dijalankan oleh Unit Intervensi
ICT. Kaedah ‘post-test’ dirasakan sesuai iaitu kajian selepas mengikuti kursus sahaja.
Manakala perbandingan dengan kaedah ‘pre-test’ tidak dilakukan. Ini adalah kerana
PTP PKG merupakan salah seorang pegawai yang bertanggungjawab menjadi fasilitator
guru-guru perpustakaan dan media (GPM) yang dikenalpasti sudah mempu nyai
kemahiran dalam teknologi pendidikan. Namun kursus-kursus yang diberikan kepada
mereka adalah sebagai menambah pengetahuan sedia ada.
a. Kajian dibuat meliputi beberapa faktor demografi dan meliputi faktor latar
belakang pendidikan serta pengalaman PTP PKG samada pernah mengikuti
atau tidak kursus-kursus lain sebelum mengikuti kursus Teknologi Pendidikan
Anjuran Unit Intervensi ICT BTPN Johor.
b. Keberkesanan kursus yang dijalankan oleh unit intervensi ICT ini hanya dinilai
berdasarkan soal selidik mengenai tahap pendidikan, usia, kaedah latihan,
kemahiran fasilitator dan tempoh kursus
c. Keputusan analisa kajian hanya efektif pada tempoh kajian semata-mata
disebabkan faktor masa dan perkembangan perjawatan, perkhidmatan dan
tahap pendidikan PTP PKG dari semasa ke semasa.
c. Beberapa kemungkinan persepsi responden yang mungkin dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti rakan-rakan dan persekitaran. Manakala jawapan yang
diberi berkemungkinan juga dipengaruhi oleh faktor emosional.
Andaian
a. Sampel yang dipilih dapat mewakili ahli-ahli populasi iaitu semua PTP PKG di
negeri Johor yang pernah mengikuti kursus teknologi Pendidikan anjuran BTPN
Johor.
b. Responden menjawab soal selidik dengan ikhlas dan jujur. Maklumat dan data
primer yang diperolehi memperlihatkan inferensi statistik mengenai populasi
dengan tepat
c. Soalan yang dikemukakan dalam soal selidik mudah difahami dengan tepat dan
dijawab dengan betul bersesuaian dengan objektif kajian.
6
7.0 Ulasan Teori Yang Berkaitan Dengan Kajian
Richmond ( 1970 ) telah menekankan fahaman terdahulu bahawa teknologi dalam
pendidikan merupakan sebahagian daripada keseluruhan ilmu teknologi namun ianya
perlu diperbaharui dengan cara tertentu bersesuaian ianya sebagai satu disiplin ilmu
yang tersendiri. Manakala kajian ini adalah menitikberatkan persepsi pegawai-pegawai
itu sendiri dalam menilai keberkesanan kursus Teknologi Pendidikan yang mereka ikuti.
Ramai yang masih keliru dalam bidang Teknologi Pendidikan terutamanya yang
melibatkan fungsinya sedangkan persepsi yang membentuk konsep Teknologi
Pendidikan ini telah wujud sejak 30 tahun yang lampau namun dengan cara dan
pendekatan yang berbeza. Halimah ( 1992 ) menggariskan 4 faktor penting sebagai
peranan Teknologi Pendidikan dalam membantu pelajar memajukan kecekapan mereka,
antaranya adalah seperti berikut :
a. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran atau darjah penguasaan sesuatu
kemahiran oleh pelajar.
b. Untuk mengurangkan penggunaan masa yang lama bagi mencapai sesuatu tujuan
dan matlamat.
c. Untuk meningkatkan keupayaan pendidik mengajar jumlah pelajar yang ramai tanpa
mengurangkan mutu pembelajaran dan mempercepatkan proses pencarian
maklumat.
d. Untuk mengurangkan kos tanpa mengurangkan mutu perkhidmatan yang diberi oleh
tenaga pengajar.
Sesetengah pihak berpendapat bahawa latihan dan pendidikan adalah sama.
Kedua-duanya memang berkait rapat namun begitu dari segi kesan, tujuan dan
pelaksanaannya adalah berbeza. Menurut kamus dewan edisi ketiga, latihan
bermaksud didikan untuk memahirkan atau membiasakan ajaran yang diterima
manakala pendidikan pula adalah kaedah mendidik atau perihal mendidik.
Dengan adanya kursus-kursus teknologi yang diberikan kepada pegawai-pegawai
teknologi pendidikan PKG ini seharusnya membawa kesan yang positif terhadap
ketrampilan mereka dan persediaan ke arah menjadi pakar rujuk kepada guru-guru
setempat terutama dalam bidang teknologi pendidikan. kajian ini memberi penekanan
kepada proses penilaian anjuran Unit Intervensi ICT BTPN Johor agar boleh
dimanafaatkan oleh pelbagai pihak. Penilaian sesuatu latihan itu adalah sangat penting
bagi menilai keberkesanan dari pelbagai aspek termasuklah untuk menilai samada ianya
memberi pulangan kepada pengeluaran kos dan ia dapat digunakan sebagai panduan
untuk memajukan kaedah dan teknik yang lebih berkesan disamping maklumat dari
peserta boleh dijadikan rujukan pada masa-masa hadapan.
Beberapa teori telah dikenalpasti boleh dijadikan panduan di dalam kajian ini
antaranya teori yang disebut oleh Abd. Latif Hj. Gapor (2006) Penilaian meliputi
penilaian projek, program, kursus, kurikulum dan penilaian bahan pengajaran. Penilaian
di kategorikan di bawah penyelidikan gunaan istilah penyelidikan penilaian. Dalam
konteks bilik darjah penilaian adalah merupakan proses secara sistematik untuk
menentukan pencapaian objektif pengajaran dan pembelajaran. Manakala peringkat
program penilaian juga sebagai proses sistematik untuk menentukan pencapaian
objektif program. Antara lain adalah teori Kirkpatrick ( 1979 ) yang mana beliau
menyatakan terdapat 4 pendekatan dalam proses penilaian latihan iaitu peringkat reaksi,
7
pembelajaran, gelagat dan keputusan dan keempat-empat itu akan diterangkan secara
lebih terperinci di bawah.
Peringkat reaksi
Peringkat ini merujuk sejauhmana orang yang dilatih menyukai sesuatu program latihan
yang dijalankan ke atas mereka. Dengan cara menilai reaksi pelatih bermakna kita telah
menilai perasaan pelatih terhadap program latihan yang mereka ikuti. Pengukuran dan
penilaian pada peringkat ini sangat penting kerana maklumat yang diperolehi
memudahkan pihak yang mengendalikan latihan mengenalpasti segala kelemahan dan
mengambil langkah untuk membuat pembetulan yang perlu.
Peringkat pembelajaran
Penilaian pada peringkat pembelajaran adalah lebih sukar dari peringkat reaksi kerana
penilaian dibuat untuk melihat tahap kefahaman, penerapan prinsip-prinsip, fakta-fakta
dan kemahiran pelatih.
Peringkat gelagat
Penilaian dibuat atas gelagat dan tingkah laku pelatih semasa melakukan kerja. Ianya juga dibuat
ketika dalam pekerjaan atau setelah tamat mengikuti sesuatu latihan. Kesimpulan yang boleh
dinyatakan pada peringkat ini ialah, seseorang yang telah berjaya dalam peringkat pembelajaran
belum pasti dapat menzahirkan apa yang dipelajarinya ke dalam pekerjaan.
Peringkat keputusan
Penilaian paling sukar sekali untuk dinilai adalah pada peringkat ini. Ianya merupakan
matlamat akhir latihan dan organisasi mahu supaya hasil-hasil tertentu daripada
seseorang pekerja dapat dilihat setelah menjalani latihan.
Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas, maka pengkaji memilih
peringkat ini disebabkan kesesuaian dengan pembolehubah bersandar yang hendak
diuji iaitu Keberkesanan Kursus Teknologi Pendidikan Anjuran Unit Intervensi ICT BTPN
Johor.
Mohd Majid Konting (2005) pula berpendapat penyelidikan deskriptif sesuai bagi
menerangkan sesuatu fenomena yang sedang berlaku. Misalnya apakah faktor-faktor
yang menentukan kejayaan perlaksanaan KBSM? Faktor-faktor kejayaan sesuatu
kursus juga boleh dikaji dengan menggunakan kaedah ini. Penjelasan ini adalah
berdasarkan kepada faktor-faktor atau pembolehubah-pembolehubah yang belum
dikenalpasti. Bagi mendapatkan penjelasan dengan sempurna, maklumat yang tepat
perlu lah diperolehi.
Bagi menentukan keberkesanan penyelidikan deskriptif ini beberapa langkah
penting perlu dipatuhi iaitu:
1. Pernyataan masalah yang tepat dan jelas. Objektif dan matlamat yang ingin dicapai
perlu dikenalpasti.
2. Menentukan populasi dan pembolehubah yang berkaitan dengan tepat dan jelas.
3. Mengenalpasti samada maklumat berbentuk kualitatif atau kuantitatif.
4. Memilih alat kajian yang boleh menentukan kesahan dan kebolehpercayaan.
8
5. Merekabentuk kaedah pengumpulan maklumat untuk mencapai objektif yang telah
ditetapkan.
6. Mengumpul data penyelidikan dengan sempurna.
7. Menganalisa data dengan cara yang boleh menentukan kesahan data yang
diperolehi.
8. Melaporkan data yang telah dianalisa dan menyebarkan bagi dimanfaatkan oleh
orang ramai.
8.0 Ulasan Kajian Lalu
Banyak kajian telah dibuat dalam peringkat reaksi dan gelagat dalam menilai
keberkesanan sesuatu latihan. Kajian mengenai keberkesanan kursus teknologi
pendidikan telah dilakukan oleh beberapa pengkaji seperti Amstrong ( 1990 ) dalam “ Inservice
Education and Training for Teachers of Mathematics with Limited Qualifications
and Experience”, Steward ( 1987 ) dalam “ The Computer, The Teacher and The
School”, Harrison ( 1986 ) dalam “ Evaluation of Teleconfrencing in Education and
Training”, Torf ( 1988 ) dalam “ Management og Innovation in School Technology “,
Megarity ( 1989 ) dalam “ Information Technology in In-Service Teacher Education dan
Newman ( 1992 ) dalam “ Control Technology in Primary School “
Kajian yang dibuat oleh Steward ( 1987 ) pula hanya menumpukan kepada kaedah
latihan dan peranan teknologi pendidikan terhadap guru dan sekolah secara amnya.
Matlamat utamanya mengenalpasti sejauhmana guru-guru dapat menyesuaikan diri dan
mengikuti perkembangan teknologi pendidikan yang semakin canggih dan berkembang
dengan cepat.
Manakala beberapa penemuan yang telah dijumpai oleh Newman ( 1992 ) yang
telah menjalankan kajian ke atas guru-guru sekolah rendah yang menghadiri kursus
kawalan teknologi di dua buah sekolah rendah di Northamptonshire, England.
Sebahagian dari hasil kajian beliau telah mengenalpasti kesukaran guru-guru dalam
mengaplikasikan penggunaan Teknologi Pendidikan dalam Kurikulum Nasional.
Oleh yang demikian Toft ( 1988 ) pula lebih menumpukan kepada pengurusan dan
inovasi dalam Teknologi Pendidikan di sekolah. Antara dapatan yang penting adalah
keperluan peserta kursus untuk merumus dan memahami objektif kursus Teknologi
Pendidikan agar kursus lebih berkesan.
Kajian yang dijalankan berdasarkan aspek demografi seperti umur dan tahap
pendidikan amat kurang. Tumpuan kajian adalah lebih kepada kaedah latihan dan
keberkesanan kursus namun begitu perlu juga mengenalpasti sejauhmana kursus
Teknologi Pendidikan itu mencapai objektifnya. Oleh itu, pengkaji cuba untuk
membuktikan bahawa umur, tahap pendidikan dan tempoh latihan juga boleh
mempengaruhi keberkesanan kursus yang telah dijalankan.
9.0 Metodologi Kajian
Ianya menerangkan beberapa kaedah yang akan dijalankan dalam kajian ini. Ianya
mencangkupi beberapa perkara berkenaan dengan metodologi iaitu reka bentuk kajian,
populasi, persampelan, instrumen, pengumpulan, kajian rintis dan analisia data hasil
9
daripada kajian yang telah dibuat. Ianya dibuat bagi menilai keberkesanan kursus
teknologi pendidikan yang dijalankan ke atas Pegawai Teknologi Pendidikan seluruh
negeri Johor.
10.0 Reka Bentuk Kajian
Kajian ini dirancang menggunakan dua pendekatan kaedah penyelidikan iaitu
pendekatan secara kualitatif dan pendekatan secara kuantitatif. Rekabentuk kajian yang
digunakan dalam kajian ini adalah tinjauan keratan rentas. Borang soal selidik diedarkan
kepada responden yang dipilih. Penggunaan borang soal selidik ini bertujuan meninjau
persepsi Pegawai Teknologi Pendidikan berkenaan kursus Teknologi Pendidikan yang
diberikan kepada mereka. Oleh kerana kajian ini melibatkan seluruh Pegawai Teknologi
Pendidikan PKG negeri Johor maka pengkaji menggunakan beberapa kaedah bagi
mendapatkan maklumat seperti kaedah soal selidik, temubual, dan kajian kes. Menurut
Mohd Majid Konting (2005) soal selidik digunakan untuk mendapatkan maklumat
berkenaan fakta-fakta, kepercayaan, perasaan, kehendak dan sebagainya. Soal selidik
adalah sesuai dan berkesan digunakan bagi populasi yang besar. Begitu juga soal
selidik dapat meningkatkan ketepatan dan kebenaran gerak balas subjek terhadap
rangsangan soalan yang diberikan.
Pada tahun 2008, semua pegawai dan staf Pusat Kegiatan Guru (PKG) di negeri
Johor telah diberikan kursus teknologi pendidikan oleh Unit Intervensi ICT BTPN Johor.
Tinjauan khusus telah dibuat oleh penyelidik ke atas semua PTP PKG bagi
mengenalpasti faktor yang mempengaruhi keberkesanan kursus teknologi pendidikan.
Manakala reka bentuk kajian adalah berdasarkan rajah di bawah:
10
11.0 Populasi Kajian
Kajian ini dibuat terhadap seluruh Pegawai Teknologi Pendidikan Pusat Kegiatan Guru
Negeri Johor iaitu pegawai gred DGA32 dan DGA29 yang pernah terlibat dengan
pelaksanaan Kursus Teknologi Pendidikan yang telah dianjurkan oleh unit Intervensi ICT
BTPN Johor. Sebanyak 45 buah Pusat Kegiatan Guru (PKG) di seluruh negeri Johor
dengan dua orang Pegawai Teknologi Pendidikan bagi setiap PKG iaitu seorang gred
DGA32 sebagai ketua PKG dan gred DGA29 sebagai pembantu ketua PKG.
12.0 Lokasi Kajian
Kajian ini dijalankan di unit Intervensi ICT Bahagian Teknologi Pendidikan Negeri Johor
yang terletak di Taman Skudai Baru Johor Bahru. Bahagian Teknologi Pendidikan
Negeri Johor merupakan salah sebuah institusi pendidikan yang berfungsi menjalankan
latihan kepada Pegawai Teknologi Pendidikan negeri Johor sebagai persediaan menjadi
pakar rujuk dan fasilitator di peringkat zon dan daerah. Mereka yang terpilih adalah
melibatkan sebelas daerah di seluruh negeri Johor termasuk daerah baru iaitu Daerah
Ledang dan Pasir Gudang. Walaupun terdapat pertambahan daerah namun jumlah PKG
adalah tetap sama iaitu 45 buah kesemuanya.
13.0 Persampelan
Faktor masa dan kos telah diambil kira dalam usaha membolehkan kajian ini
dilaksanakan dengan lancar. Kumpulan penyelidik telah mengambil alternatif kaedah
persampelan sebagai gantian kepada kaedah tinjauan. Namun begitu, syarat-syarat
persampelan dijadikan garis panduan agar data yang diperolehi tetap mewakili polulasi
yang dikehendaki.
Sampel dipilih daripada pegawai-pegawai (PTP) gred DGA29 daripada 45 buah
PKG seluruh negeri Johor yang telah mengikuti 20 kursus yang telah dianjurkan oleh
unit intervensi ICT BTPN Johor. Kesemua pegawai dan staf PKG adalah berjumlah 135
orang terdiri daripada lelaki dan perempuan.
Perlu diingat bahawa matlamat penyelidikan adalah untuk mendapatkan
maklumat berkenaan parameter populasi yang dikaji. Maklumat yang tepat mengenai
parameter sesuatu populasi hanya boleh didapati sekiranya kita mengkaji seluruh
individu dalam populasi tersebut (Mohd. Majid Konting, 2005). Oleh yang demikian
pengkaji telah mengambil seluruh pegawai PKG seramai 135 orang sebagai populasi
kajian. Manakala teknik ‘Purposive sampling’ dirasakan sesuai untuk mendapatkan
sampel daripada bilangan populasi yang berkenaan sahaja iaitu Pegawai Teknologi
Pendidikan PKG DGA29 (Mertens, 1998).
Beberapa penulis memberi panduan bahawa saiz sampel yang minimum adalah
seramai 30 orang (Mohd. Najib Abd. Ghafar, 1999; Siegel dan Castellan, 1988). Walau
bagaimanapun saiz sampel yang lebih besar adalah lebih baik kerana mengurangkan
ralat pensampelan. Oleh kerana bilangan PKG negeri Johor adalah 45 buah sahaja
maka pengkaji mengambil 45 orang pegawai sebagai responden kajian ini.
11
14.0 Instrumen Kajian
Untuk mendapatkan data yang sah dan menghasilkan suatu kajian yang baik,
penyelidik telah menggunakan kedua-dua jenis data iaitu data primer dan data sekundar
bagi mengukuhkan dapatan kajian.
Data primer
Data primer diperolehi dari empat sumber melalui teknik temubual, teknik soal selidik
dan teknik pemerhatian.
a. Teknik Temubual
Teknik temu bual tidak formal telah diguna pakai untuk memperolehi maklumat spotan
terhadap kajian. Antara mereka yang terlibat ialah penyelaras kursus unit Intervensi ICT
iaitu Pn. Song Yok Chin, Pegawai Teknologi Pendidikan Tasek Utara, Pegawai
Teknologi Pendidikan Bandar Kulai dan Pegawai Teknologi Pendidikan Bandar Mersing.
b. Teknik Soal Selidik
Teknik ini menggunakan satu set borang soal selidik yang diedarkan kepada semua
responden terpilih. Bentuk soalselidik kajian ini merangkumi soalselidik tertutup (cloes
ended) dengan pemilihan dua cara mudah iaitu soalan berbentuk “dischotomous” dan
“multiple choice” serta satu soalan berbentuk terbuka (open ended) turut disertakan
untuk mendapatkan komen responden.
Soalan “dichotomous” memberikan responden dua pilihan jawapan seperti contohnya
yang memerlukan jawapan “Ya” atau “Tidak” Manakala soalan “multiple choice” pula
diaplikasikan dengan menggunakan Skala Likert.
c. Teknik Pemerhatian
Penyelidik telah menggunakan teknik ini untuk membuat tinjauan lokasi dan
persekitaran di mana Kursus Teknologi Pendidikan dianjurkan, samada ianya
dilaksanakan di Bahagian Teknologi Pendidikan Negeri Johor Skudai Baru atau pun di
beberapa hotel yang telah disewa bagi menjalankan kursus teknologi pendidikan kepada
pegawai-pegawai PKG. Penyelidik turut mencerap struktur kelengkapan Fizikal dan
kemudahan ICT yang tersedia di tempat latihan tersebut.
Data sekunder
Data Sekunder diperolehi daripada beberapa bahan bacaan dan penyelidikan terhadap
buku-buku, jurnal-jurnal, bahan-bahan penerbitan, kajian-kajian, artikel-artikel, laporanlaporan
dan maklumat dari Bahagian Teknologi Pendidikan Negeri Johor.
15.0 Teknik Pengumpulan Data
Kajian telah dibuat bagi seluruh PKG negeri Johor bermula Januari 2008 hingga Jun
2009 dengan menggunakan beberapa cara iaitu dengan mengedarkan borang-borang
12
soal selidik kepada Pegawai Teknologi Pendidikan yang telah mengikuti kursus dan
mereka juga diwajibkan mengisi borang soal selidik secara online di alamat
http://btpnjoh.moe.edu.my/elatihan. Manakala data yang diperolehi akan dianalisa
menggunakan Statistical Package for the Social Sciences ( SPSS V11 ).
a. Kaedah Peratusan Mudah digunakan untuk membuat perbandingan factor
pembolehubah yang terlibat dari segi profail dan frekuensinya
b. Ujian Khi Kuasa Dua ( CHI SQUARE TEST ) digunakan bagi faktor yang
berkaitan hipotesis dalam kajian ini. Perbandingan nilai keberangkalian yang
dihasilkan dengan nilai ∂ = 0.05 akan menentukan samada hipotesis nul diterima
atau ditolak.
16.0 Kajian Rintis
Menurut Mohd. Najib (2003) jumlah responden seramai 30 adalah sudah mencukupi
untuk di analisa kesahan dan kebolehpercayaan. Oleh itu, seramai 45 responden telah
mengambil bahagian dalam kajian ini. Walau bagaimanapun, pengkaji tetap
mengutamakan masa para responden dalam menjalankan soal selidik untuk kajian ini.
Oleh itu bentuk dan format soalan adalah mudah dan ringkas supaya responden tidak
merasa tertekan, tidak perlu banyak membuang masa untuk berfikir dan memberi reaksi
positif dalam menjawab soal selidik.
Bahagian A
Soalan 1 hingga soalan 11 adalah soalan mengenai profail responden dan kursuskursus
teknologi pendidikan yang telah mereka ikuti
Bahagian B
Soalan 12 hingga soalan 21 dibentuk untuk melihat keberkesanan kursus teknologi
pendidikan yang telah diikuti. Sementara soalan 22 adalah soalan terbuka yang
bertujuan untuk melihat komen responden terhadap langkah-langkah membaiki lagi
kursus teknologi pendidikan di masa akan datang.
17.0 Kesimpulan
Hasil daripada kajian rintis yang dijalankan ke atas 45 orang Pegawai Teknologi
Pendidikan PKG seluruh negeri Johor menunjukkan bahawa faktor umur, faktor tempoh
latihan dan prasarana tempat latihan boleh mempengaruhi keberkesanan kursus,
manakala faktor jantina, taraf perkahwinan, bangsa, pengalaman dan kelulusan
akademik tidak mempengaruhi keberkesanan kursus yang telah dijalankan kepada
Pegawai Teknologi Pendidikan PKG negeri Johor.
13
Rujukan
Abd. Latif Haji Gapor (2006). Domain Penilaian Dalam Teknologi Pendidikan. Perak:
Universiti Pendidikan Sultan Idris
Baharudin Aris (2001), Universiti Teknologi Malaysia’s Teacher Education Student
Learning About ICT Using ICT. Innotech Journal.25 (2). July-Dec, 112-121
Panel Penulisan Bahagian Teknologi Pendidikan KPM (2001). Pusat Sumber
Pendidikan Negeri (PSPN)Bahagian Teknologi Pendidikan Negeri (BTPN) Masa
Lalu, Masa Kini dan Masa Depan. Kuala Lumpur: Bahagian Teknologi
Pendidikan KPM.
Mohd Majid Konting (2005). Kaedah Penyelidikan Pendidikan. Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka
Azman Larut, Panduan Mengurus Pusat Sumber Sekolah, Kuala Lumpur : Percetakan
Zafar Sdn. Bhd, 2005.
Bahagian Teknologi Pendidikan KPM., Modul Pengajaran dan Pembelajaran
Penggunaan Pusat Sumber Sekolah & Kemahiran Maklumat , Kuala Lumpur :
BTP KPM, 2002
Bahagian Teknologi Pendidikan KPM., Modul Kemahiran Pengurusan Sumber untuk
Guru, Kuala Lumpur : BTP KPM, 2002
Irma Indayu Omar dan Yushiana Mansor, Panduan Mencari Maklumat, Kuala Lumpur :
PTS Profesional Publishing Sdn. Bhd, 2005
Tv Pendidikan – Wikipedia, the free encylopedia, dicapai pada 12 Februari 2008
http://en.wikipedia.org/wiki/TV_Pendidikan
Zainori Abd. Raman, Siri Pengurusan Pusat Sumber Sekolah Aktiviti Pusat Sumber
Sekolah 1 , Selangor : Pekan Ilmu Publications Sdn. Bhd., 2006
Zainori Abd. Raman, Siri Pengurusan Pusat Sumber Sekolah Aktiviti Pusat Sumber
Sekolah 2 , Selangor : Pekan Ilmu Publications Sdn. Bhd., 2006
Zainori Abd. Raman, Siri Pengurusan Pusat Sumber Sekolah Kemudahan Fizikal,
Selangor : Pekan Ilmu Publications Sdn. Bhd., 2006

APLIKASI TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM PERKHEMAHAN PENDIDIKAN LUAR UPSI


1
APLIKASI TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM PERKHEMAHAN PENDIDIKAN
LUAR UPSI

MD AMIN BIN MD TAFF
Fakulti Sains Sukan
Universiti Pendidikan Sultan Idris
amin@upsi.edu.my
Program Pendidikan Luar adalah program yang dilaksanakan di alam
semulajadi yang jauh dari arus kemodenan. Program ini memberikan penumpuan
kepada pengajaran dan pembelajaran kemahiran tradisional seperti berkhemah,
mendayung, mendaki, berenang, snorkeling dan menjelajah. Sehingga kini program
ini masih mengamalkan konsep tradisional dan meminimumkan kesan teknologi
dalam proses pengajaran dan pembelajarannya. Situasi ini wujud lantaran tanggapan
bahawa penggunaan teknologi mungkin akan mendatangkan kesan yang agak negatif
kepada pengamal pendidikan luar yang kebanyakannya mencari ketenangan di alam
semulajadi.
Sesetengah penggiat pendidikan luar menolak aplikasi teknologi dalam
program pendidikan luar kerana bertanggapan bahawa teknologi bakal mengundang
kesan negatif dalam program yang dijalankan. Antara alasan yang digunakan untuk
menolak aplikasi teknologi ini ialah:
1. Penggunaan teknologi bertentangan dengan falsafah dan konsep
pendidikan luar.
Pendidikan luar merupakan suatu bidang yang berfokuskan kemahiran
tradisional atau primitif yang melibatkan aktiviti seperti mendaki, menjelajah
dan mendayung yang dijalankan di alam semulajadi. Ia diprogram khusus jauh
dari arus kemodenan agar manusia dapat mengecapi nikmat kebebasan, jauh
dari pencemaran, berdikari dan mendekatkan diri kepada alam sekitar. Aplikasi
teknologi kelak dianggap bakal mengganggu ketulenan pengalaman individu di
Kertas kerja dibentangkan dalam Seminar Teknologi Pendidikan Kebangsaan
Terengganu, November 2005
2
alam semulajadi dan bercanggah dengan falsafah kehidupan primitif
pendidikan luar.
2. Mungkin akan mewujudkan ‘sindrom pergantungan kepada teknologi’
Sesetengah pihak berpendapat bahawa aplikasi teknologi dalam pendidikan
luar mungkin akan mewujudkan suatu sindrom pergantungan kepada teknologi.
Senario ini mungkin akan mengakibatkan individu malas mencari pelbagai
maklmat berguna yang banyak terdapat di alam semulajadi. Sindrom ini kelak
bakal mengganggu kreativiti berfikir dan proses membuat keputusan dalam
situasi kecemasan. Contohnya aplikasi telefon bimbit dalam pendidikan luar
mungkin menyebabkan individu mengambil sambil lewa prosedur keselamatan
yang seharusnya dipatuhi kerana percaya bahawa pasukan penyelamat boleh
dihubungi dengan cepat dan mudah dengan teknologi telefon bimbit.
3. Peningkatan kos dan jangkamasa penyelenggaraan
Pelbagai peralatan teknologi yang digunakan dalam aktiviti pendidikan luar
seharusnya tahan lasak dan sesuai digunakan dalam sebarang keadaan
cuaca. Faktor ini pastinya melibatkan kos pembelian yang tinggi berbanding
peralatan yang digunakan dalam situasi pengajaran dan pembelajaran di dalam
bilik darjah. Selain itu, peralatan ini juga perlu kerap diselenggara dan dibaik
pulih bagi menjamin jangka hayat penggunaannya. Kesemua faktor ini akan
mengakibatkan kos yang tinggi dan jangkamasa penyelenggaraan yang
panjang seterusnya mengganggu proses pengajaran dan pembelajaran dalam
perkhemahan pendidikan luar.
4. Keadaan alam semulajadi dan cuaca yang mencabar
Alam semulajadi merupakan halaman utama aktiviti perkhemahan pendidikan
luar. Bentuk muka bumi yang mencabar seperti banjaran gunung dan sungai
yang berarus deras serta keadaan cuaca yang tidak menentu menyukarkan
aplikasi teknologi dalam perkhemahan pendidikan luar. Selain terpaksa
membawa peralatan teknologi tersebut (contohnya telefon satelit dan komputer
Kertas kerja dibentangkan dalam Seminar Teknologi Pendidikan Kebangsaan
Terengganu, November 2005
3
bimbit), penggiat pendidikan luar juga perlu membawa bateri dan alat ganti
tambahan bagi memastikan alatan ini boleh berfungsi dengan baik. Bebanan
tambahan ini pastinya akan meningkatkan lagi perbelanjaan aktiviti serta
melambatkan sesebuah ekspedisi pendidikan luar.
5. Pencemaran alam semulajadi
Ramai penggiat pendidikan luar bertanggapan bahawa aplikasi teknologi dalam
pendidikan luar kerap mengundang pencemaran alam semulajadi. Di Amerika
Syarikat, akibat desakan syarikat insurans dan pihak penyelamat, penggiat
pendidikan luar dimestikan membawa alatan perhubungan. Implikasi peraturan
ini telah menyebabkan antenna pemancar telekomunikasi dibina di puncak
gunung. Proses pembeinaan antenna ini pastinya melibatkan penarahan bukit,
penebangan hutan dan pembersihan kawasan yang mencemarkan alam
semulajadi serta menjelekkan mata pengunjung.
Walaupun aplikasi teknologi dalam program perkhemahan pendidikan luar
mendapat kritikan hebat, terdapat ramai penggiat pendidikan luar yang berpendapat
sebaliknya. Golongan ini berpendapat bahawa aplikasi teknologi boleh
memperkayakan proses pengajaran dan pembelajaran dalam perkhemahan
pendidikan luar. Selain itu, golongan ini berpendapat bahawa pendidikan luar tidak
seharusnya mewujudkan ilusi ‘dualism’ dalam kehidupan manusia. Sekiranya
teknologi merupakan sebahagian dari kehidupan manusia moden, tiada salahnya jika
ia diaplikasikan dalam program pendidikan luar. Penggiat pendidikan luar ini percaya
bahawa aplikasi teknologi dalam perkhemahan dapat memberikan kesan positif
seperti berikut:
1. Merangsang proses pengajaran dan pembelajaran.
Akibat sistem pendidikan yang semakin berokuskan akademik, aktiviti
pendidikan luar hanya dapat dijalankan dalam jangkamasa yang singkat
(hujung minggu). Akibatnya program pendidikan luar tidak dapat dijalankan
jauh di alam semulajadi atau banyak masa yang terpaksa dihabiskan dalam
Kertas kerja dibentangkan dalam Seminar Teknologi Pendidikan Kebangsaan
Terengganu, November 2005
4
perjalanan. Sehubungan itu, aplikasi teknologi seperti tayangan video dan slaid
dapat membantu pengayaan pengalaman murid serta merangsang proses
pengajaran dan pembelajaran walaupun perkhemahan tersebut dilaksanakan
di perkarangan sekolah.
2. Alatan perhubungan dan kecemasan
Karl (1999) berpendapat bahawa aplikasi teknologi seperti telefon bimbit
merupakan alatan perhubungan kecemasan yang berkesan. Di Amerika
Syarikat, hampir 80% operasi menyelamat di kawasan pergunungan dibantu
oleh panggilan telefon bimbit. Sehubungan itu, ia telah terbukti berkesan
sebagai alatan kecemasan selain ringan dan mudah dibawa. Teknologi telefon
bimbit dalam pendidikan luar juga membolehkan individu mendapatkan
maklumat terkini tentang perkembangan semasa walaupun berada di puncak
gunung. Selain itu, proses menghantar berita juga boleh dilakukan dengan
cepat dan mudah seperti kejayaan Dato’ Azhar Mansur dan Mohd Muqarabbin
mengelilingi dan menakluki puncak dunia.
3. Mengatasi masalah kekurangan bahan pengajaran dan pembelajaran
yang semakin berkurangan di alam semulajadi.
Ford (1986) menegaskan bahawa salah satu konsep pendidikan luar ialah
learning in, about and for the outdoors. Konsep ini menegaskan bahawa alam
semulajadi memiliki pelbagai khazanah ilmu yang boleh dijadikan sumber
pengayaan pengajaran dan pembelajaran pelajar. Walau bagaimanapun,
senario di atas mungkin telah berubah masakini. Akibat arus pemodenan dan
pembangunan yang tidak terkawal, sumber alam semulajadi semakin terhad.
Ini sekaligus mendatangkan masalah kepada penggiat pendidikan luar untuk
mencari kawasan perkhemahan yang kaya dengan hasil pembelajaran
semulajadi. Aplikasi teknologi pendidikan speerti tayangan video, e’learning
dan carta pembelajaran boleh membantu mengatasi masalah ini selain
membentuk kefahaman dan merangsang proses pengajaran dan pembelajaran
individu.
Kertas kerja dibentangkan dalam Seminar Teknologi Pendidikan Kebangsaan
Terengganu, November 2005
5
4. Melahirkan masyarakat celik IT dan teknologi
Era perubahan dari zaman industri ke zaman teknologi maklumat telah
berlangsung seawal tahun 80’an. Kini IT dan teknologi merupakan elemen
penting dalam kehidupan seharian manusia. Bagi mengelakkan pendidikan luar
terpinggir dari arus pendidikan perdana, ia seharusnya menggalakkan
penggunaan teknologi dalam programnya. Tambahan pula, aplikasi IT dan
teknologi dalam perkhemahan pendidikan luar bakal melahirkan pelajar yang
celik IT dan teknologi yang kelaka bolh mengaplikasikannya dalam kehidupan
seharian.
5. Menjimatkan kos dan masa
Jika golongan yang menentang aplikasi teknologi dalam pendidikan luar
mempertikaikan pembaziran kos dan masa, aplikasi teknologi juga sebenarnya
menimatkan kos dan masa dari suatu sudut lain. Contohnya program
pendidikan luar melibatkan proses tinjauan lokasi yang panjang khusus untuk
mengenalpasti lokasi yang selamat dan sesuai untuk aktiviti yang akan
dijalankan. Proses ini kerap melibatkan kos yang tinggi dan jangkamasa yang
panjang akibat kawasan rekreasi atau alam semulajadi yang semakin terhad.
Sehubungan itu, aplikasi teknologi dapat menjimatkan kos dan masa tersebut
malah boleh memberikan pelajar pengalaman yang hampir sama dengan
pengalaman sebenar.
Berdasarkan debat di atas, jelas terdapat dua golongan penggiat pendidikan
luar yang mempunyai fahaman berbeza terhadap aplikasi teknologi dalam pendidikan
luar. Sebagai salah seorang penggiat yang telah berkecimpung selama hampir 20
tahun dalam bidang pendidikan luar, penulis percaya bahawa aplikasi teknologi lebih
banyak mendatangkan kesan positif dari negaif. Selain merangsang proses
pengajaran dan pembelajaran, aplikasi teknologi dalam pendidikan luar juga dapat
membantu proses menyelamat, mengatasi masalah bahan pengajaran dan
pembelajaran semulajadi yang semakin terhad dan menjimatkan masa dan kos
Kertas kerja dibentangkan dalam Seminar Teknologi Pendidikan Kebangsaan
Terengganu, November 2005
6
tinjauan. Kesan negatif sewaktu mengapliikasikan teknologi dalam pendidikan luar
pula boleh diminimakan dengan mewujudkan prosedur kawalan yang sistematik dan
penerangan yang jelas kepada peserta.
PERKHEMAHAN PENDIDIKAN LUAR UPSI DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Sebagai salah sebuah universiti yang sedang pesat berkembang, UPSI tidak
ketinggalan dalam mengaplikasikan teknologi dalam proses pengajaran dan
pembelajaran para mahasiswa/inya. Pelbagai kemudahan ICT telah dibangunkan di
Kampus Sultan Abdul Jalil Shah, Tanjung Malim. Penubuhan Pusat ICT,
e’management dan e’learning serta penggunaan kad bercip telah diperkenalkan
khusus untuk membolehkan UPSI bersaing untuk menjadi salah sebuah universiti
yang bertaraf dunia.
Program pendidikan luar UPSI juga tidak ketinggalan dalam menyahut seruan
kepenggunaan telnologi pendidikan dalam proses pengajaran dan pembelajarannya.
Selain menggunakan pelbagai jentera (generator elektrik dan air), program pendidikan
luar UPSI juga menggunakan pelbagai alatan teknologi pendidikan yang canggih bagi
merangsang proses pembelajaran mahasiswanya.
Selaras dengan hasrat aplikasi teknologi dalam perkhemahan pendidikan luar,
UPSI telah merangka program perkhemahan yang dijalankan berpusat di alam
semulajadi selama 14 hari. Kaedah ini dapat menjimatkan kos dan jangkawaktu
pemindahan peralatan serta dapat meminimkana kerosakan peralatan akibat proses
pemindahan yang terlalu kerap atau tidak cermat.
Lokasi yang kerap dipilih adalah Pulau Singa besar, Langkawi; Taman Laut
Pulau Redang, Terengganu; dan Teluk Sekadeh, Pulau Pangkor kerana lokasi ini
merupakan alam semulajadi yang terletak berhampiran dengan kemodenan dan
dilengkapi dengan bekalalan elektrik dan air bersih. Selain hampir dengan pusat
kecemasan seperti baial polis dan hospital, lokasi ini juga terletak dalam zon
lingkungan liputan telefon dan internet.
Kertas kerja dibentangkan dalam Seminar Teknologi Pendidikan Kebangsaan
Terengganu, November 2005
7
Antara alatan yang kerap dan sedang dugunakan dalam program Pendidikan
Luar UPSI ialah komputer bimbit, kamera digital, radio, LCD, telefon bimbit dan carta
pengajaran dan pembelajaran. Para pelajar digalakkan menggunakan peralatan ini
dalam setiap aktiviti yang dijalankan sepanjang tempoh perkhemahan tersebut.
Sebagai contoh, setiap malam pelajar akan diberikan tugasan yang perlu mereka
laksanakan pada keesokan harinya. Sehubungan itu, mereka perlu mencari maklumat
aktiviti tersebut dengan menggunakan pelbagai alatan teknologi pendidikan yang
tersedia. Kaedah pembelajaran kendiri dan berpasukan ini telah dikenalpasti berkesan
dalam merangsang proses pengajaran dan pembelajaran pelajar sewaktu
melaksanakan aktiviti sebenar pada keesokan harinya.
Sewaktu refleksi, tayangan video yang dipancarkan menggunakan LCD
mengukuhkan lagi pengalaman dan pengetahuan pelajar. Selain itu, khidmat WAP
dan GPRS dari telefon bimbit membolehkan pihak pengurusan kem sentiasa bersiaga
dengan sebarang perubahan cuaca yang mungkin berlaku.
Di masa hadapan, pihak UPSI merancang untuk memperkenalkan pelbagai
kemudahan dan teknologi terkini seperti Global Positioning System (GPS) dan
e’learning bagi merangsang lagi proses pengajaran dan pembelajaran yang lebih
efektif di kalangan pelajar yang mengikuti perkhemahan pendidikan luar.
ISU APLIKASI TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM PERKHEMAHAN PENDIDIKAN
LUAR UPSI
Selain merangsang proses pengajaran dan pembelajaran pelajar dan
mendatangkan pelbagai kesan positif , terdapat juga beberapa kekangan terhadap
penggunaan teknologi dalam perkhemahan pendidikan luar UPSI. Antaranya ialah:
1. Kesesuaian peralatan teknologi terhadap lokasi aktiviti
Perkhemahan pendidikan luar UPSI majoritinya dijalankan di kawasan pulau
(Pulau Redang, Pulau Singa besar dan Pualu Pangkor). Situasi yang berdebu
dan berpasir serta pengaruh pemeluwapan air masin boleh mengakibatkan
Kertas kerja dibentangkan dalam Seminar Teknologi Pendidikan Kebangsaan
Terengganu, November 2005
8
kerosakan pada alatan elektronik yang digunakan (komputer bimbit, LCD dll).
Sehubungan itu, banyak masa dan kos perlu diperuntukkan untuk menjaga
keadaan atau situasi alatan ini. Selain itu, setiap alatan perlu dibungkus
dengan rapi dan kalis air bagi mengelakkan kerosakan sewaktu proses
pengankutan.
2. Bekalan tenaga
Bekalan tenaga dalam program Pendidikan Luar UPSI datangnya dari
generator yang dibawa khas. Bekalan tenaga yang tidak sekata serta mungkin
terputus akibat gangguan mekanikal boleh mengganggu penggunaan alatan
elektronik tersebut.
3. Kawasan liputan
Oleh kerana kawasan liputan syarikat telekomunikasi yang terhad di malaysia,
program pendidikan luar UPSI terpaksa dijalankan di kawasan yang tertentu
sahaja. Situasi ini mungkin akan menyekat kreativiti pemilihan lokasi
perkhemahan serta menrosakkan alam sekitar akibat penggunaan yang terlalu
kerap.
4. Jangkawaktu yang diperlukan untuk penyediaan bahan pengajaran dan
pembelajaran
Oleh kerana kekangan wireless internet di lokasi perkhemahan, kebanyakan
bahan pengajaran dan pembelajaran perlu di’pre install’ ke dalam komputer
sebelum perkhemahan. Proses ini kadangkala memngambil masa yang lama
akibat kepelbagaian program yang dijalankan dalam perkhemahan pendidiknal
uar. Selain itu, perisian yang digunakan mungkin tidak berfungsi akibat
kerosakan sistem atau teknik penggunaan yang tidak berhemah.
5. Kekurangan pakar teknologi maklumat
Majoriti tenaga pengajar perkhemahan pendidikan luar hanya memiliki sedikit
pengetahuan tentang aplikasi teknologi pendidikan. Sehubungan itu, aplikasi
Kertas kerja dibentangkan dalam Seminar Teknologi Pendidikan Kebangsaan
Terengganu, November 2005
9
yang digunakan mungkin agak ketinggalan berbanding dengan kemajuan
teknologi pendidikan masakini.
6. Kekangan pinjaman alatan
Aplikasi teknologi pendidikan dalam program pendidikan luar adalah suatu
pendekatan yang baru. Kadangkala pihak penganjur perkhemahan pendidikan
luar mengalami kekangan pinjaman alatan kerana Pusat Teknologi Pendidikan
kurang yakin dengan keselamatan peralatan tersebut yang terdedah kepada
risiko kerosakan akibat cuaca ataupun kecurian.
Bagi mengasi pelbagai kekangan di atas, penulis telah dan sedang mengambil
tindakan berikut:
1. memberi dan membina kesedaran pada orang ramai dan penggiat pendidikan
luar tentang kepentingan teknologi pendidikan dalam merangsang proses
pengarajran dan pembelajaran pelajar sewaktu sesi perkhemahan.
2. Membina dan memperkenalkan prosedur penyelenggaraan dan keselamatan
peralatan yang sistematik dan berterusan.
3. Menyediakan bekas alatan yang tahan lasak dan kukuh.
4. Menyediakan bekalan tenaga alternatif seperti panel solar bagi mengatasi
masalah gangguan tenaga ataupun berkhemah di kawasan yang mempunyai
bekalan tenaga elektrik (contohnya Pulau Redang).
5. Menghantar tenaga poerkhemahan pendidikan luar mengikuti kursus dan
seminar teknologi pendidikan.
6. Memperbanyakkan lagi kajian tentang kesan penggunaan teknologi pendidikan
dalam perkhemahan pendidikan luar agar masyarakat sedar tentang
kepentingan dan kebaikan penggunaan teknologi ini.
Kertas kerja dibentangkan dalam Seminar Teknologi Pendidikan Kebangsaan
Terengganu, November 2005
10
RUMUSAN
Perubahan dari era industri ke era teknologi maklumat sedang pesat berlaku
dan sememangnya tidak dapat dinafikan lagi. Maklumat yang dahulunya mengambil
masa berminggu-minggu untuk sampai ke destinasi kini boleh digapai dengan sekelip
mata. Kini, teknologi merupakan sebahagian penting dalam kehidupan manusia
moden. Sehubungan itu, perkhemahan pendidikan luar juga tidak dapat lari dari realiti
ini. Walaupun dilaksanakan jauh dari arus kemodenan, perkhemahan pendidikan luar
harus mengaplikasikan teknologi samada untuk tujuan keselamatan mahupun
pengayaan pengalaman pelajar. Pendapat tentang kesan negatif aplikasi teknologi
dalam perkhemahan pendidikan luar harus disangkal dan dibuktikan dengan pelbagai
kesan positifnya. Selain itu, pakar teknologi juga seharusnya menaikan peranan yang
aktif dalam membina peralatan dan perisian yang boleh digunakan di persekitaran
terbuka dan alam semulajadi. Hanya dengan kerjasama erat di antara penggiat
pendidikan luar dan pakar teknologi sahajalah bidang ini boleh diperkembangkan
penggunaannya walaupun seseorang itu sedang berkayak di kawasan terpencil di
benua Antartika.

TEKNOLOGI PENDIDIKAN DI MALAYSIA

Berbagai-bagai takrifan telah diberikan mengenai teknologi pendidikan

"Teknologi pendidikan ialah gabungan manusia, peralatan, teknik dan peristiwa yang bertujuan untuk memberi kesan baik kepada pendidikan"

(Crowell (1971):Encyclopedia of education)

"Teknologi dalam pendidikan ialah penggunaan kemahiran dan teknik moden dalam keperluan latihan, yang meliputi kemudahan belajar dengan menggunakan persekitaran setakat mana ianya menimbulakn pembelajaran"

(Uhwin Derek (1976): Applying Educational Technology)

Kesimpulan: Teknologi pendidikan ialah satu sistem yang meliputi alat dan bahan media, organisasi yang digunakan secara terancang bagi menghasilkan kecekapan dalam pengajaran dan keberkesanan dalam pembelajaran.

Kepentingan teknologi pendidikan dalam pengajaran dan pembelajaran

  • Melicinkan proses pengajaran dan pembelajaran kerana berfokuskan kepada isi-isi penting kepada topik yang akan disampaikan.
  • Menjimatkan masa, tenaga dan wang.
  • Mengelakkan rasa bosan pelajar seterusnya mengekalkan minat pelajar. Ia juga boleh menghiburkan pelajar.
  • Mengelakkan berlakunya tidak faham atau salah tafsir terhadap konsep melalui deria melihat, mendengar atau menyentuh.
  • Membetulkan sebarang kekeliruan atau salah tafsir kerana ia memberi sesuatu gambaran yang menyeluruh dan jelas sesuatu konsep dan kaitannya dengan kehidupan seharian.
  • Melibatkan pelbagai deria pelajar. Cth: penggunaan visual yang diikuti oleh audio akan melibatkan deria lihat dan dengar dan mungkin deria sentuh. Penglibatan deria ini akan meningkatkan daya ingatan pelajar.
  • Memberi kelainan dan kepelbagaian kepada kaedah mengajar.
  • Membantu pelajar mendapat kesan pembelajaran yang maksimum dengan penggunaan masa yang minimum.
  • Memperkayakan pengalaman pelajar. Cth: media bergerak boleh memperkayakan pengalaman murid. Kejadian yang tidak pernah mereka lihat atau alami akan dapat mereka saksikan sendiri dan ini menjadikan mereka seoalah-olah mereka mengalaminya.

    Prinsip menggunakan teknologi pendidikan dalam proses pengajaran dan pembelajaran

  • Ia hanya merupakan sebagai bahan bantu mengajar dan tidak boleh digunakan untuk menggantikan pengajaran. Ia digunakan untuk menggantikan pengajaran. Ia digunakan untuk membantu guru mengajar sesuatu topik dengan lebih berkesan.
  • Ia mesti digunakan untuk pengajaran dan bukan untuk hiburan dan membuang masa.
  • Penggunaannya mesti dirancang dalam tiga peringkat iaitu:
    sebelum kegunaan - merancangmasa dan cara bagaimana mengaitkannya dengan topik pengajaran.
    semasa kegunaan - merancang ulasan dan penekanan aspek-aspek penting yang dapat membantu pembelajaran.
    selepas kegunaan - merancang aktiviti lanjutan seperti soalan-soalan, kesimpulan dan penilaian.
  • Ia mesti dipilih berdasarkan kesuaiannya dari segi topik dan objektif pelajaran, latar belakang pelajar, saiz kelas dan keadaan fizikal bilik darjah.
  • Ia mesti digunakan untuk mencapai sesuatu objektif pelajaran dan peringkat perkembangan pelajaran itu sama ada:
    - pengenalan topik
    - perkembangan pelajaran iaitu penerangan konsep
    - penutup dan kesimpulan topik pelajaran
    - penilaian kefahaman terhadap topik
  • Digunakan mengikut masa yang sesuai iaitu masa yang dapat merangsang pembelajaran
  • Digunakan dengan merujuk kepadanya dan bukan sekadar untuk menunjuk-nunjuk sahaja.
  • Selepas digunakan tanggalkan atau ubah supaya tidak mengganggu pelajar belajar seterusnya.
  • Setelah tamat sesi pengajaran, pamerkan untuk rujukan kelas di papan buletin kelas.

    Ciri-ciri dan jenis teknologi pendidikan yang baik

  • Alat yang dapat menjelaskan idea - idea yang kabur dan menrangkan isi-isi pelajaran.
    Contoh: Penggunaan cek terbuka dan tertutup yang telah diperbesarkan
  • Alat yang besar dan jelas untuk dilihat oleh semua pelajar.
    Contoh: Tulisan dan angka yang ditulis dalam transperensi mestilah besar dan jelas.
  • Tulisan dan gambar perlu dipelbagaikan warnanya.
    Contoh: Gunakan plebagai warna pen untk memberi penekanan kepada perkataan-perkataan dalam topik yang ingin diajar.
  • Gunakan bahan yang boleh tahan lama dan boleh disimpan.
  • Tunjukkan hasil dan kemahiran yang baik sekiranya alat dibuat sendiri.
  •